Rabu, 22 Desember 2010

Wawancara dengan Simon Santoso


Begitu sampai di pusat PBSI di Cipayung , W langsung celingukan di nyari cowok berambut cepak ini.Ternyata Simon lagi diminta foto bareng wartawan dari China yang meliput kegiatan pebulutangkis Indonesia untuk Asian Games 2010.Sejak memenangkan medali perak di Southest Asian Games 2005 di Filipina, cowok kelahiran Tegal,Jawa tengah ini emang langsung jadi perhatian media dan pengamat olahraga bulutangkis sedunia.

Swiss,Jepang,China,Singapura,dan puluhan negara pernah dikuunjunginya untuk mengikuti berbagai kompetisi bulutangkis dunia.Tapi setelah lima tahun jadi atlet andalan Indonesia , Simon tetap terlihat kayak cowok kebanyakan.Dengan logat Jawa nya yang kental,cowok berumur 25tahun ini bercerita soal makanan kesukaan,tipe cewek,sampai kebiasaan buruknya...

Check this out !!!

Halo Simon gimana kabarnya??

Baik Cuma masih kurang fit,karena cedera punggung pas di Perancis kemarin.Ini beneran mau wawancara aku?aku kan bukan artis.

Hahaha biar bukan artis, tapi kamu banyak penggemarnya,lho.Eh kok bisa cedera?

Aku sempet main di babak pertama di kejuaraan badminton di Paris, tapi mundur karena cidera.Waktu set kedua (melawan Prezemislaw Wacha dari Polandia) aku coba untuk terusin main karena set pertama udah menang.Akhirnya bisa menang, tapi sakit banget, buat jalan aja sakit.besoknya enggak kuat main.

Terus sekarang udah membaik belum?

Masih fisioterapi, sih.Aku sempat sebulan enggak boleh latihan berat – berat.Tapi, sekarang udah mendingan.Banyak berenang juga biar cepet sehat.Dulu sebelum main bulutangkis, awalnya aku hobby berenang.Karena bosan, aku ikut-ikutan kakak main bulutangkis.Akhirnya jadi seneng.Kata pelatih aku juga ada bakat.ya udah akhirnya aku terusin,kakak malah berhenti.

Emang dari umur berapa sih kamu suka main bulutangkis?

Umur 7 tahun aku udah ikut klub badminton di Tegal.pas umur 10 tahun aku pindah ke jakarta karena di tarik ke klub Tangkas Alfamart.Terus,pas umur 17 tahun aku di tarik ke PBSI.

Berarti dari kecil kamu udah tinggal jauh dari orang tua, dong.suka kangen enggak??

Kangen,lah.Tapi kan kadang orang tua aku suka dateng ke Jakarta.Kalau udah bosan,mereka balik lagi ke Tegal.Dulu waktu masih kecil ijin pulangnya seminggu,tapi aku sebulan di Tegal.yang lain udah pada latihan,aku belum mau balik.Soalnya dulu di asrama,enggak ada teman yang se umuran, besar – besar semua.Terus aku suka dikerjain lagi, hahaha.. ! walaupun aku jauh dari keluarga kita lumayan kompak.

Ada enggak pengalaman yang berkesan banget selama tanding?

Pas di Swiss Open tahun 2007 walaupun kalah di final, tapi aku ngerintis dari bawah.Dari kualifikasi sampai akhirnya masuk final.Pas thomas Cup kemarin aku jadi penentu.Itu juga berkesan, Cuma pas di final kalah sama (pemain) China.

Pasti deg – degan banget ya kalau jadi penentu?

Pasti tegang dan beban, ibaratnya kayak hidup dan mati.Cuma kan harus belajar juga dari pengalaman,mempelajari musuh.dari penampilan juga harus dipikirin,harus konsentrasi.

Apa sih kelebihan kamu dibanding pemain lainnya?

Kata orang orang sih aku pinter ngakal-ngakalin lawan .he he he ...kalau dari teknik mungkin stroke-nya(pukulan)kali,ya.Tapi permainan aku masih kurang stabil,apalagi pas awal tahun kemarin.belakangan ini sih udah lumayan stabil,udah ketemu ritmenya.

Ritme itu maksudnya apa?

Hmmm, jadi penampilan satu pertandingan ke pertandingan lainnya.Hari ini main bagus,besok kurang bagus.Dipikirin gimana ngejaga permainan biar bisa bagus terus.Caranya satu , jaga kondisi.Dua, harus konsentrasi,enggak usah banyak kegiatan,misalnya main di luar.

Ngomong ngomong kalau lagi nggak latihan biasanya kamu suka pergi kemana?

Aku suka cari makanan baru,aku hobi makan,sih.Kadang suka pergi sendiri, sampai pacarku bilang aku aneh.Apa anehnya,ya?kenapa musti nungguin teman, sendiri aja.aku udah biasa apa apa sendiri.mungkin karena dari kecil aku jauh dari orang tua.(simon ayo kita wisata kuliner bareng..hahaha...)

Oh,Kamu udah punya pacar ya?Nama nya siapa?

Hmmm...Ada deh.kita udah pacaran sekitar setahun.(simon lama banget nih pas jawab pertanyaan ini.Biar udah di paksa untuk nyebutin namanya . Simon tetep enggak mau jawab,,hihihi...)

Emang tipe cewek ideal kamu kayak apa?

Yang pasti jangan yang terlalu bawel.Kalem dan sopan, tapi tetep apa adanya.saya suka cewek rambut panjang,putih,bersihlah gitu.terus, tinggi juga, biar memperbaiki keturunan..hahaha..bercanda deng...(beneran juga nggak papa kok)

Sekarang kamu kan udah sukses, nih, jadi pemain bulutangkis.ada impian lain yang belum terwujud?

Aku pingin bisnis juga.Sekarang udah jalan usahanya, di bidang konstruksi gitu.Tapi karena aku enggak bisa pegang sendiri usaha itu jadi saudaraku yang ngurusin.sambil aku belajar bisnis juga.

Diam-diam kamu banyak penggemarnya juga lho!!

Ah,masa, sih. Enggak percaya aku. He he he..terimakasih yaa udah dukung aku.Dukung terus bulutangkis Indonesia.Doain aku makin sukses membawa bulutangkis Indoneesia ke ajang Internasional.

MAJU TERUS SIMON !! : )


Simon fun facts :

> Simon doyan banget makanan berkuah seperti sup,soto.dia anti banget sama junk food.

> Kalau lagi enggak pakai kostum olahraga , simon paling suka pakai kaos,celana jeans,atau celana ¾.

> Selain hobby olahraga, Simon juga suka dengan otomotif lho.

> Gara-gara hobi makannya,Simon pernah keracunan makanan, sampai tiga hari dirawat di rumah sakit karena terus terusan mual dan pusing. “ mendiingan cedera daripada keracunan.Abis kalau kerracunan mau ngapa ngapain jadi engggak enak” kata simon.

> Saking seringnya juara, simon sampai lupa kapan pertama kalinya dia memenangakan pertandingan.

> Walaupun sering menang, ada ada 4 pemain bulutangkis yang jadi lawan terberatnya Lin Dan dan Chen Jin dari China,Lee Chong Wei dari Malaysia, Peter Gade dari Denmark. “ semua udah pernah aku kalahin,sih,tapi aku lebih sering kalah kalau lawan mereka”bebernya.

> Umur 17 tahun Simon udah mulai pacaran.Tapi, lagi lagi dia enggak mau nyebutin nama ceweknya.

> Waktu masih SMA, Simon juga suka bandel,tapi dia mengaku cowok kalem yang enggak banyak omong.Makanya dia paling enggak suka sama cewek yang ngomongnya kasar.

> Kebiasaan buruknya yang belum bisa di ubah sampai sekarang adalah mengigau. “Dulu pernah sampai aku mukul kepala terman, sampai sakit tangan aku.pas temen aku kebangun aku pura pura tidur aja,padahal bangun.he he he..”

> Tiap ke luar negeri Simon rajin banget beli kaos Hard Rock Hotel dari berbagai negara. “tapi kalau tokonya jauh (dari hotel) suka enggak beli juga”.

> Simon mengaku kurang tertarik dengan social media.Dia sempat punya akun facebook, tapi tiba tiba ada orang yang bikin akun dengan namanya dan marah-marah sama dia, karena di tuduh memalsukan akun Simon Santoso ..ha ha ha......

BIODATA :

Nama : Simon Santoso

Panggilan : Simon,monk

TTL : Tegal,29 Juli 1985

Hobi : Berenang,makan,otomotif

Aktor fav : Nicholas Cage

Aktris fav : Angelina Jolie

Musik fav : Pop, Instrumental

Tempat fav : pegunungan

Selasa, 14 Desember 2010

Avril Lavigne's Bio


When singer, songwriter, and musician Avril Lavigne first burst upon the music scene at age 17, she was known as a young, pop-punk tomboy who refused to resort to skin-baring come-ons, preferring to entice the record-buying public with her powerhouse voice, high-spirited melodies, and straight-talking lyrics. Staying steadfastly true to herself and putting music before image paid off both critically and commercially for the Canadian-born artist. In 2002, Lavigne shot to global pop stardom with the 6x-platinum Let Go, followed by 2004’s 3x-platinum Under My Skin, and 2007’s platinum The Best Damn Thing. Over the course of her three albums, Lavigne scored a string of international hit singles: “Complicated,” “Sk8er Boi,” “I’m With You,” “Losing Grip,” “Don’t Tell Me,” “My Happy Ending,” “Nobody’s Home,” “Keep Holding On,” “Girlfriend,” “When You’re Gone,” “Hot,” and “The Best Damn Thing.” She earned eight Grammy Award nominations, won seven Canadian Juno Awards, and sold more than 30 million albums and nearly 20 million tracks worldwide over the past eight years.

Lavigne also launched a second career as an entrepreneur by creating a well-received fashion and lifestyle brand (Abbey Dawn), two fragrances (Black Star and Forbidden Rose), branched out into film work (Over the Hedge, Fast Food Nation), and further committed herself to the philanthropic activities she’s participated in over the years by establishing The Avril Lavigne Foundation, which works in partnership with leading charitable organizations to design and deliver programs, raise awareness, and mobilize support for children and youth living with serious illnesses or disabilities.

With her multiple creative endeavors and impressive musical success, it’s worth pointing out that Avril Lavigne is all of 26. She may be young by veteran performer standards, but she has evolved as a person and as an artist since releasing The Best Damn Thing. Lavigne brings the maturity and insight she’s gained from her experiences to her next labor of love, her fourth album, Goodbye Lullaby, which will be released by RCA Records in March 2011.

“I pushed myself and didn’t hold back,” Lavigne says of Goodbye Lullaby for which she wrote or co-wrote every song, and wrote and produced two“4 Real” and “Goodbye” entirely on her own. “I allowed myself to be vulnerable. I think it’s during the real moments that people can relate the most. Those who have heard the album have had very strong emotional reactions to the songs, so I realized that when something is so real, it will probably touch somebody. The beauty of music is that it’s open to interpretation.”

Written at various stages over the past few years, Goodbye Lullaby is filled with appealingly relatable, heartfelt songs that convey a variety of emotions and reflect a bittersweet mood not generally associated with Lavigne’s best-known tunes. Except for the anthemic first single, the irresistibly feisty “What The Hell” and “Smile,” which create a perfect bridge from her previous work, the remainder of Goodbye Lullaby finds Lavigne exploring what it means to push through the tough times and emerge stronger for it — a theme apparent on songs like “Everybody Hurts,” “Push,” “Remember When,” and “Wish You Were Here.”

“Overall, the album is about how we all go through difficult experiences, whether it’s ending a relationship, losing a job, or just missing someone,” Lavigne says. “We get through it and we grow.” Nowhere is this feeling better expressed than on “Goodbye,” a delicate piano-and-string ballad that closes out the album. “’Goodbye’ is the most raw and vulnerable track I’ve ever written and recorded in my career,” Lavigne says. “It’s a very special song because I wrote and produced it myself. It’s so real and truthful. You can’t fake that.”

Goodbye Lullaby’s intensity is balanced out by its instrumentation: bright, rich textures of acoustic guitar and piano, as well as an orchestra on “Darlin’,” “Remember When,” and “Goodbye.” Through it all, from the upbeat pop tracks to the mellower ballads, Lavigne’s voice is front and center, summoning up and soaring easily through the emotion that her lyrics require.

“This album is all about me being a singer, a songwriter, and a musician,” Lavigne says. “Typically the lead vocal gets buried in the track and you can’t always hear the quality, character, or emotion after a certain point. I wanted my voice to be the main instrument. It forced me to really throw myself out there. I still love rocking out, but I wanted this record to show a different side. That’s why I produced some of the songs myself, which I never thought I’d do.”

For the rest of the album’s tracks, Lavigne turned to her longtime friends and collaborators Evan Taubenfeld and Butch Walker, as well as Max Martin. Another important influence was Sum 41 frontman Deryck Whibley, who lends his production skills to several tracks, including “Darlin’,” — a song Lavigne wrote at the age of 14. “Whenever I hear ‘Darlin,’ I think of the family room I wrote it in and playing it for my mom,” she says. “So it’s really special for me to have it on the album.”

A small-town girl from Napanee, Ontario, Lavigne had already been writing, singing, and performing for a few years before releasing her breakthrough album, Let Go, which featured the smash singles “Complicated” and “Sk8r Boi” and sold more than 16 million units worldwide. Her second album, 2004’s Under My Skin, debuted at No. 1 on the Billboard Top 200, and sold more than eight million copies worldwide fueled by the hit singles “Don’t Tell Me” and “My Happy Ending.” Four years later came The Best Damn Thing, which featured the No. 1 single “Girlfriend.” Lavigne’s biggest record to date, “Girlfriend” was the top digital track of 2007, selling more than 7.3 million downloads in eight languages. The Best Damn Thing included the epic ballad “Keep Holding On,” which Lavigne wrote at the request of 20th Century Fox for the studio’s fantasy/adventure film Eragon. Lavigne’s songs have also graced the soundtracks of such feature films as Sweet Home Alabama, Bruce Almighty, Legally Blonde 2, The Princess Diaries 2, and The House Bunny.

In 2010, Lavigne wrote “Alice” for Tim Burton’s film fantasy Alice in Wonderland, which was included on the compilation album Almost Alice, released in March. The video for “Alice,” directed by David Meyers, depicts Lavigne’s own adventure down the rabbit hole. She also brought her fashion brand into the mix, designing “Alice in Wonderland” pieces for Abbey Dawn that were sold in stores in connection with the film’s release.

It’s been a whirlwind journey for Lavigne, who says the thing she’s looking forward to most about releasing Goodbye Lullaby is getting the opportunity to hit the road and perform for her fans around the world. “My fans are hardcore,” Lavigne says. “They are very dedicated and really supportive — the kind of fans who stick around. It’s been an amazing experience meeting them after shows and reading their letters, because the things they’ll say to me are very special. People have come up and started crying, saying, ‘You have no idea what your music has done for me.’” That’s all I need to hear. If I can give even one person strength through my music, that’s pretty frickin’ special.”

http://www.avrillavigne.com/us/bio

Kamis, 28 Oktober 2010

MY MOM - MY ANGEL :)

Suatu waktu ada seorang anak siap terlahir ke dunia, anak itu kemudian bertanya pada Tuhan :" Mereka bilang besok Kau akan mengirim saya ke dunia, tapi bagaimana saya akan hidup didunia yang sedemikian besar seorang diri tanpa mengenal siapapun?"

Tuhan menjawab :" Diantara sekian banyak malaikat, Aku telah memilih satu untukmu. Sekarang ia sedang menunggumu dan ia akan memeliharamu dengan baik".

Anak itu berkata :" Tapi, di Surga ini, saya tidak melakukan apapun selain menyanyi dan tersenyum. Itulah yang kubutuhkan agar saya bahagia."

Jawab Tuhan :" Malaikatmu akan bernyanyi setiap hari, Kau akan merasakan kasih sayangmya dan bersama dengannya kau akan bahagia."

Lagi kata anak itu :" Bagaimana saya akan dapat berkomunikasi dengan orang lain, jika saya tidak mengerti bahasa yang mereka pakai untuk berbicara."

" Mudah " kata Tuhan. " Malaikatmu akan mengatakan padamu kata-kata yang indah dan manis yang akan kau dengar dan dengan sabar serta penuh perhatian ia akan mengajarimu berbicara"

Anak itu memandang Tuhan dan berkata :" Apa yang harus saya buat jika saya ingin berbicara denganMu".

Tuhan tersenyum seraya berkata :" Malaikatmu akan mengajarimu bagaimana berdoa ".

Kata anak itu :" Saya sudah dengar bahwa didunia ada banyak orang jahat, siapa yang akan melindungiku?".

Jawab Tuhan :" Malaikat itu akan melindungimu terus, walaupun hal itu mungkin mengancam hidupnya."

Anak itu kelihatan sedih dan berkata :" Tapi saya akan sedih, sebab saya tidak akan melihatMu lagi".

Tuhan menjawab :" Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Aku dan ia akan mengajarkan padamu jalan untuk kembali padaku, walaupun Aku akan selalu berada didepanmu ".

Pada saat itu sudah waktunya sang anak dilahirkan, walaupun di surga terasa begitu damai, tetapi suara-suara didunia semakin jelas terdengar. Dengan tergesa-gesa anak itu berkata dengan lembut, "Tuhan, jika sekarang saya akan berangkat, tolong katakana siapa nama Malaikatku itu ?".

Jawab Tuhan :" Namanya tidaklah penting..... kau akan dengan sederhana memanggilnya MAMA.

" Terima kasih Ibu, kaulah Malaikatku" 

Rabu, 15 September 2010

Teknik Bulutangkis: Trik Menerima dan Mengembalikan Servis


Salah satu hal “kecil” yang sering terlewatkan padahal penting untuk dipelajari dalam bulutangkis adalah cara mengembalikan servis lawan. Penting karena pengembalian yang tidak sempurna dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri maupun pasangan (jika bermain ganda).

Nomor satu yang harus dipikirkan saat menerima servis adalah usaha untuk menjatuhkan (bukan mengangkat) bola di lapangan lawan. Pemikiran ini juga harus didukung oleh posisi badan yang siap menerima servis jenis apa pun.

Posisi siap terima servis adalah sebagai berikut:
·Berdiri satu sampai dua-tiga langkah di belakang garis servis pendek
·Posisikan kaki kiri Anda (atau kaki kanan jika Anda kidal) ke depan untuk menjaga keseimbangan
·Tekuk lutut Anda sedikit
·Condongkan badan Anda ke depan, dengan berat badan “jatuh” pada kaki depan
·Posisikan raket di depan Anda dengan kepala raket berada sedikit lebih tinggi dari net, posisi forehand

Memang akan membutuhkan beberapa waktu untuk membiasakan diri berada sedemikian dekat dengan “garis depan,” apalagi jika mendapat servis jenis flick (servis lurus ke belakang). Tetapi tidak usah kuatir. Dengan berjalannya waktu, latihan berkala akan meningkatkan kemampuan Anda.

Menerima Servis Pendek
Pengembalian terhadap servis pendek tergantung pada seberapa cepat Anda membalasnya. Begitu Anda mendapat servis pendek, dorong kaki belakang Anda (seperti dorongan per) dengan raket yang terangkat, lalu secepat mungkin arahkan ke bola dan potong jalannya. Jangan menunggu sampai bola mendatangi Anda; sambut ia terlebih dahulu.

Dalam kondisi terbaik, yakni, Anda memukul bola pada saat masih di atas net, bola akan menghujam ke bawah dengan tajam ke lapangan lawan. Untuk melakukan hal ini, Anda perlu kekuatan pergelangan tangan yang cukup.

Jika kurang memungkinkan untuk melakukan serangan hunjaman tersebut, putar kepala raket Anda mengarah ke atas dan kembalikan bola dengan tipis di atas net. Hal ini membuka peluang bagi lawan untuk mengangkat bola dan Anda/pasangan Anda dapat melakukan tindakan serangan.

Menerima Servis Tinggi
Jika mendapat servis tinggi membumbung, Anda punya cukup waktu untuk bergerak ke belakang dan menerima servis, bahkan berpikir bagaimana Anda ingin mengembalikan bola tersebut. Tetapi pengembalian terbaik tetap adalah sebuah smes.

Menerima Servis Flick (Kecohan Tinggi ke Belakang)
Anda bisa jadi mendapat servis tipuan flick (servis yang ternyata menggunakan kekuatan pergelangan tangan untuk mendorong bola tinggi ke atas dan ke batas garis belakang servis; sekilas terlihat seperti akan menjadi servis pendek).

Jika Anda benar-benar terkecoh, segera lakukan yang terbaik. Bergeraklah ke belakang secepat mungkin, dan jika memungkinkan, lakukan smes. Jika tidak memungkinkan, pilihan secukupnya adalah drop shot atau clear. Jika pilihan-pilihan kedua ini yang Anda ambil, lakukanlah dengan cermat: arahkan bola ke lapangan kosong alias yang tidak terjaga oleh lawan.

Menerima Servis Drive (Datar)
Karena servis drive cenderung cepat dan datar, pengembalian terbaik adalah mengarahkan raket Anda dalam rute perjalanan bola, alias Anda cukup sekedar memantulkan kembali sang bola. Gunakan pergelangan tangan Anda untuk mengontrol arah pengembalian bola ke lapangan kosong atau ke arah atas/bawah sehingga menyulitkan lawan untuk mengejar pengembalian.

Selain berlatih rutin sehingga badan Anda hafal dan dapat melakukan refleks terbaik, memperhatikan bagaimana para atlet kaliber dunia mengembalikan servis lawan juga dapat memberi masukan penting.

Selain itu, ada satu hal yang cukup sering tersebut sepanjang artikel ini: kekuatan pergelangan tangan. Anda dapat secara sederhana melatih kekuatan pergelangan tangan Anda dengan cara di bawah ini.

Melatih Kekuatan Pergelangan Tangan
·Memakai barbel kecil dan latih dengan menekuk ke dalam dan keluar pada bagian pergelangan tangan atau memutar pergelangan tangan searah jarum jam lalu berbalik arah (masih dengan menggenggam barbell). Tidak punya barbel? Isi botol Aqua dengan pasir untuk menggantikan fungsi barbel
·Memakai powerball yang sedang ramai dibicarakan
·Berlatih memukulkan bola ke tembok

Minggu, 05 September 2010

Liliyana Natsir


Lilyana Natsir (lahir di Manado, 9 September 1985) adalah seorang pemain bulutangkis wanita dari Indonesia yang mengkhususkan diri di nomor ganda. Dia awalnya bergabung dengan klub bulutangkis Tangkas Jakartasebelum ia bergabung dengan skuad tim nasional. Dia adalah putri dari Beno Natsir (ayah) dan Olly Maramis (ibu) dengan hobi mendengarkan musik dan nongkrong. Orang sering memanggilnya dengan julukan Yana atau Butet. Dia hanya menyelesaikan sekolah dasar di Manado sebelum ia memiliki keberanian untuk terbang ke Jakarta dan fokus dirinya serius di bulutangkis. Setelah ia selesai semua kompetisi, dia selalu membuat sebuah simbol dari Roh Yesus Kristus.

Sebelumnya berfokus hanya pada ganda campuran dengan pasangan Nova Widianto, sejak 2007 dia juga bermain di ganda wanita dengan Vita Marissa. Pada tahun 2006 ia dan Widianto memenangkan Kejuaraan Asia di ganda campuran dan empat gelar Grand Prix Dunia. Mereka memenangkan Kejuaraan Dunia BWF di kedua 2005 dan 2007. Pada 2007 Asia Tenggara di Thailand, Natsir memenangkan medali emas di ganda putri dengan Marissa, mengalahkan rekan mereka Indonesia Jo Novita dan rekan tim Greysia Polii dalam straight set. Mereka juga membantu tim wanita Indonesia memenangkan medali emas tim di permainan.

Di usia 12 dia meninggalkan rumah sebagai pemula. Di usia 21 dia kembali ke rumah sebagai jutawan. Di usia 12 dia memutuskan meninggalkan sekolah. Di usia 21 dia salah satu pemain bulu tangkis terbaik Indonesia–ganda campuran adalah spesialisasinya. Di kancah internasional, Lilyana Natsir menempati peringkat kedua dunia untuk ganda campuran. Sembilan tahun Lilyana “menukarkan” hidupnya dengan bulu tangkis. Sembilan tahun bulu tangkis menjadikan dia bintang yang naik-turun podium kehormatan. “Orang tua saya menghargai keputusan saya meninggalkan sekolah. Syaratnya harus serius,” ujarnya kepada Tempo.Gadis asal Manado itu mematuhi syarat orang tuanya, Beno Natsir dan Olly Maramis. Hasilnya? Sepanjang kurun 2000-2001, dia memenangi berbagai kejuaraan di tingkat nasional nomor ganda putri. Dia menjadi finalis Singapura Terbuka pada 2004 dan Swiss Terbuka 2005 serta semifinalis All England 2005.

Bersama pasangannya, Nova Widhianto, Lilyana menjuarai Indonesia Terbuka 2005, SEA Games 2005, dan Asian Badminton Championship 2006. Tak diunggulkan pada Kejuaraan Dunia di Anaheim, Amerika Serikat, pada 2005, Lilyana-Nova membawa pulang gelar juara. “Terharu dan bangga bisa ngasih emas buat negara,” ujarnya kepada Tempo. Seusai dia berlaga, Beno dan Olly meneleponnya, menyatakan betapa bangga keduanya kepada putri kecil mereka. Saat ke Amerika, dia satu-satunya atlet putri dalam kontingen bulu tangkis Indonesia. Toh, Lilyana tidak jengah. Gadis belia ini amat tomboi dalam penampilan sehari-hari. Rambutnya pendek, dicat merah. Lemari bajunya dipenuhi kaus dan jins. Harum parfum Calvin Klein yang masih menunjukkan identitas kewanitaannya. Lahir di Manado, Sulawesi Utara, 9 September 1985, Lilyana datang dari keluarga pencinta bulu tangkis. Di waktu senggang, dia bersama ibu dan pembantunya kerap mengisi waktu dengan bermain badminton di depan rumah. Melihat bakat dalam diri si putri bungsu, orang tuanya mendaftarkan dia ke klub PB Pisok di Manado. Pada 1997, dia hijrah ke klub PB Tangkas di Jakarta. Usianya 12 tahun ketika itu. Bagi seorang gadis kecil, sendirian dan jauh dari keluarga ibarat prahara. Tiap malam, Lilyana kenyang menangis. Kerap dia tergoda untuk menyerah dan kembali ke Manado.

Kala itu, Lilyana menjadi atlet paling kecil di klub. Para seniornya di klub, yang kebanyakan dari suku Batak, memanggilnya dengan nama kesayangan Butet. Genap setahun merantau, Butet pulang ke Manado untuk berlibur. Suasana rumah yang hangat membuatnya enggan kembali ke Jakarta. Tapi ibunya dengan tegas melarang. “Mereka bilang sudah kepalang tanggung,” Butet menirukan ucapan kedua orang tuanya. Kerja keras gadis kecil itu tidak sia-sia. Dia dipanggil masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 2002. Tujuh jam tiap hari Butet berlatih di hall bulu tangkis Cipayung. Dan mencatatkan prestasi demi prestasi.Olahraga bulu tangkis mengalirkan penghasilan jumbo untuk Butet. Rekening pribadinya berisi hingga miliaran rupiah. Kontrak per tiga bulannya di pelatnas saja mencapai Rp 100 juta. Kakaknya, Kalista Natsir, seorang dokter, sempat “iri”. Dan siapa yang tidak? Di usia semuda itu, dengan modal pendidikan hanya sekolah dasar, Butet mampu membeli mobil Nissan X-Trail. Dua pekan lalu, dia mendapat satu mobil Yaris sebagai bonus prestasi. Nona Manado ini berniat membeli sebuah rumah di Cibubur. “Penghasilanku lebih dari cukup,” ujarnya. Semua ini harus dibayar mahal dengan latihan ketat setiap hari yang kerap membosankan. Butet memupus rasa bosan dengan nonton film, jalan-jalan ke mal, atau makan di luar bersama kawan-kawannya.

Sesekali dia mengisi akhir pekannya dengan dugem atau bermain biliar. Ditemani secangkir kopi, Lilyana betah berjam-jam menyodok bola biliar. Dia juga gemar bermain game di komputer atau menonton televisi di kamarnya yang berukuran 4 x 4 meter persegi. Liburan panjang dan Natal adalah saat yang amat dia nantikan. Butet pasti pulang kampung. Semua masakan Manado dilalapnya, termasuk sup tikus hutan. Dia menyimpan cita-cita menjadi seorang pelatih. Tapi memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. “Sudah terlalu banyak ketinggalan kalau harus mulai dari awal,” ujarnya. Dia menukarkan pendidikannya untuk bulu tangkis. Boleh jadi, tidak sia-sia: bulu tangkis membawa Lilyana Natsir menjelajahi dunia jauh sebelum usia 21.

Bagi Lilyana Natsir, Beijing 2008 merupakan Olimpiade pertama. Bahkan pebulutangkis kelahiran Manado ini mendapat medali perak di nomor ganda campuran bersama Nova Widiyanto. Tapi, tak hanya itu rasa senang yang dirasakan cewek yang akrab disapa Butet ini. Pasalnya ketika tiba di Tanah Air, Selasa (19/8) malam, para pebulutangkis Indonesia disambut meriah oleh para pendukung tim tersebut, termasuk para atlet junior pelatnas. “Saya jadi teringat empat tahun lalu ketika masih junior. Saya juga turut menjemput para senior di Bandara Soekarno-Hatta. Perasaan saya ketika itu sangat senang melihat kesuksesan para senior,” kata Lilyana.,Kini, bagaimana perasaan Butet ketika menjadi orang yang dijemput? “Saya sangat senang dengan sambutan mereka. Saya merasa bangga bisa berada di sini. Benar-benar mengingatkan kenangan akan empat tahun yang lalu. Hanya, kini saya berada di tempat yang berbeda,” ujarnya dengan penuh senyum.

Dengan melihat kondisi NOVA WIDIANTO saat ini ,, hendaknya BUTET mencari pasangan baru lagi . Dari apa yang saya melihat dalam 2 hari terakhir, Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir akan menjadi pasangan yang sangat prospektif untuk INA dalam persiapan untuk Olimpiade 2012. Tontowi telah menghancurkan besar dan dia berani untuk mengambil inisiatif untuk lawan. Dalam pertandingan hari ini, Fran Kurniawan / Pia Bernadet Zebadiah Bernadet hanyalah outplayed oleh rekan-rekan mereka! Liliyana Natsir juga bermain sangat baik dalam 2 hari terakhir, khususnya hari ini ketika ia dicegah Pia dari melaksanakan ciri khasnya "sulit" bola (yang bermasalah Songphon / Kunchala kemarin malam berkali-kali). Setelah pertandingan, Liliyana komentar untuk Yanti Kusmiaty (pelatih XD) bahwa ia beruntung telah membatasi Pia hari ini ... itu hanya karena mereka tahu gaya masing-masing terlalu baik!(MACAU OPEN)

Fran juga tampak frustrasi ketika dia dan Pia yang trailing oleh banyak poin untuk kedua-set! Namun demikian, pasangan ini 2 harus berharap INA di Olimpiade dan sangat cocok preview untuk penggemar INA.

Prestasi.

With Nova Widianto (Mixed doubles)

2004:

  • Semi Finalist China Open SS
  • Winner Singapore Open SS

2005:

  • Runner up Swiss Open SS
  • Winner IBF World Championships
  • Winner Indonesia Open SS
  • Finalist Sudirman Cup [Team]

2006:

  • Winner Asian Badminton Championship
  • Runner up Indonesia Open SS
  • Winner Singapore Open SS
  • Winner Taipei Open GP Gold
  • Winner Korea Open SS
  • Runner up Hongkong Open SS
  • Runner up Japan Open SS

2007:

  • Semi Finalist Malaysia Open SS
  • Runner up Indonesia Open SS
  • Semi Finalist China Masters Open 2008
  • Winner Philippines Open GP Gold
  • Winner IBF World Championships SS
  • Runner up Japan Open SS
  • Winner China Open SS
  • Winner Hongkong Open SS
  • Finalist Sudirman Cup [Team]

2008:

  • Runner up All England
  • Semi Finalist Swiss Open SS
  • Runner up Asian Badminton Championship
  • Runner Up Uber Cup [team]
  • Winner Singapore Open SS
  • Silver medalist Beijing Summer Olympics 2008
  • Runner up Japan Open SS
  • Runner up China Masters Open SS

2009:

  • Winner Malaysia Open SS
  • Quarter Finalist All England
  • Winner French Open SS

With Vita Marissa (Women's doubles)

2007:

  • Winner China Masters Open SS

2008:

  • Semi Finalist Asian Badminton Championship
  • Runner Up Uber Cup 2008 [Team]
  • Semi Finalist Singapore Open SS
  • Winner Indonesia Open SS
  • Semi Finalist Japan Open Super Series 2008

With Ahmad Tontowi (Mixed Double)

  • Winner Macau Open 2010
  • Runner up China Taipei 2010

Sabtu, 14 Agustus 2010

Puasa dan Bulutangkis


Wawancara dengan Uda Kido ini waktu Bulan September tahun 2008 saat Uda masih di Pelatnas Cipayung.


Bulan Ramadhan akhirnya datang lagi. Sebagai orang Muslim, bulan puasa jadi saat yang gue tunggu-tunggu. Soalnya, ini kan kesempatan kita buat beramal, mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, sekaligus minta ampun atas dosa-dosa banyak banget sebelum bulan puasa. Hehehe. Makanya, gue semangat banget menjelang bulan puasa. Sayangnya, kesibukan sebagai pebulutangkis bikin puasa gue nggak segampang itu untuk dilalui.

Nggak seperti sekolah yang selalu pulang lebih awal selama bulan puasa, nggak ada pengurangan jadwal latihan di Pelatnas. Awalnya, gue pikir itu nggak adil banget buat kita yang berpuasa. Tapi, lama-kelamaan gue malah bersyukur karena jadwal latihan nggak berkurang. Soalnya, kalau nggak ada latihan, waktu pasti terasa lama banget dan puasa pastinya terasa lebih berat. Lagipula, kalau waktu latihan berkurang bukan cuma kemampuan teknis bulutangkis kita yang berkurang, tapi badan juga bisa jadi gendut karena kurang olahraga. Hahaha. Makanya, selama bulan puasa di Pelatnas latihan pun tetap seperti biasanya. Sesi pertama mulai jam 8 sampai jam 11 dan sesi kedua mulai jam 3 sampai jam 6 sore.

Latihan 6 jam sehari dengan porsi latihan yang nggak berkurang sama sekali memang nggak segampang yang gue pikirin. Godaan yang terbesar tentu saja menahan haus. Latihan terus menerus pastinya menguras tenaga banget. Kalau nggak bulan puasa, gue biasanya minum kurang lebih 3 botol minuman isotonik. Soalnya kan berkeringat banget, makanya gue butuh itu untuk mengganti cairan yang keluar plus supaya nggak dehidrasi juga. Jadi, kebayang dong hausnya pas bulan puasa? Makanya, gue selalu menjauh dari tempat minuman selama bulan puasa. Takut tergoda!

Walaupun lagi puasa, nggak berarti latihan jadi asal-asalan atau nggak serius. Namanya juga sudah cinta bulutangkis, gue tetap latihan serius dan nggak setengah-tengah hanya karena takut kecapean dan puasanya batal. Malahan, saking seriusnya latihan, suatu kali gue malah lupa kalau lagi puasa. Alhasil, gue langsung menenggak dua botol minuman isotonik waktu lagi break latihan. Setelah menghabiskan dua botol sampai tuntas, baru deh gue inget kalau lagi puasa! Kacau!

Menghadapi sesi latihan yang terasa makin berat di bulan puasa, gue punya trik sendiri, yaitu sahur yang cukup. Menurut gue, penting banget makan banyak pas sahur supaya kita bisa mengambil banyak kalori yang bakal kita pakai seharian. Makanya, gue selalu banyak makan. Selain menu harian yang disediakan di Pelatnas waktu sahur, seperti nasi, daging, ayam, dan sayur, gue juga selalu menambah susu dan vitamin supaya kuat! Biarpun masih ngantuk pas sahur, makan tetap harus jalan terus.

Latihan rutin bikin gue nggak sempat dan nggak pernah menikmati yang namanya ngabuburit. Soalnya, pas menjelang jam berbuka puasa, gue pasti lagi latihan di lapangan bareng teman-teman yang lain. Tapi, enaknya gue jadi nggak harus pusing menunggu waktu berbuka. Pokoknya lagi serius-seriusnya latihan tiba-tiba dengar adzan Maghrib saja. Hehehe. Menu favorit gue pas berbuka adalah korma, kolak pisang, atau es buah. Standard sih, tapi itu yang paling enak, terutama kurma. Sejak kecil, gue selalu makan kurma kalau bulan puasa, pokoknya harus ada kurma.

Puasa di Pelatnas bikin gue suka kangen suasana puasa di rumah. Soalnya kita selalu sahur bareng keluarga di rumah. Tapi, mama suka datang juga sih bawa makanan dan kita makan rame-rame sekeluarga di Pelatnas. Jadi, lumayan terobati deh kangennya.

Tapi, tahun ini puasa gue kayaknya bakal tambah berat lagi. Soalnya, pertengahan bulan September nanti, gue mesti bertanding di kejuaraan Jepang dan Cina Terbuka. Porsi latihan pun bakal nambah untuk persiapan pertandingan. Walaupun lebih berat, gue akan tetap berusaha menjalankan puasa. Siapa tahu saja karena lebih berat, pahalanya dua kali lipat? Hahaha..


Selamat Berpuasa,

Markis Kido


sumber: Majalah Gadis (September, 2008)

Rabu, 04 Agustus 2010

Pertama kali Aku Suka Avril Lavigne :)


Mau curhat sedikit nih :) :

Waktu awalnya W suka Avril Lavigne itu waktu W kelas 5 SD, kira-kira tahun 2003. Waktu itu Kk W bawa VCD campuran lagu-lagu barat yang salah satunya ada lagu Avril Lavigne - Complicated. Langsung dah tuh Kk W setel VCDnya. Pas di track Avril Lavigne - Complicated, W liat video Avril yang Complicated. W ikut nyanyi lagu Complicated, W hafalin dah tuh lagunya Avril Lavigne. Ya,, walaupun pengucapan Bahasa Inggrisnya belom benar, yang penting nyanyi, maklum waktu itu W masih kelas 5 SD, jadi belom sebagus sekarang kalau nyanyi lagu Avril Lavigne. Kalau sekarang sih pengucapannya dah benar dan nyanyinya juga dah bagus *jiah, PD bgt*. Waktu awal Kk W bawa VCD itu, W lom terlalu tau banget Avril Lavigne. Nah, pas Kk W beli kaset Avril Lavigne album pertama "Let Go" tanggal 26-02-2003 (lengkap banget kan? Iyalah, secara sampe sekarang kaset & liriknya masih ada), baru dah W sedikit-sedikit suka sama Avril Lavigne. W mulai dah pake nama Lavigne di belakang nama W (Nanda Lavigne). Dari SD W dah pake nama itu. Waktu tahun 2005, Avril Lavigne konser di Indonesia. W nggak nonton karena because dulu W masih lugu *jiah, bahasanya :)* alias masih kecil, dan belom punya uang yang banyak. Sampe tahun 2010, Avril lom konser lagi di Indonesia. Mudah-mudahan aja, Avril konser di Indonesia kalau W dah kerja yang mapan, dan punya gaji yang lumayan. Supaya W bisa nonton konser Avril Lavigne.. Aamiinn3x :)
Ehm,, walaupun sekarang banyak banget penyanyi-penyanyi atau band baru dari Luar Negeri atau Dalam Negeri, seperti Lady Gaga, Justin Bieber, Katy Perry, Vierra, RAN, Vidi Aldiano dll (pokoknya yang baru dah), tapi, bagi W "Avril Lavigne" tetap menjadi penyanyi yang PALING BAGUS & KEREN NOMOR 1 di DUNIA. Nggak ada yang bisa menggantikan Avril Lavigne di hati saya *halah,, lebe berlebihan*. Pokoknya "Avril Lavigne Is The Best" sampe Kapan pun. :D :)


:) 2003 ---> 2012 = 9 Tahun :)



Avril Ramona Lavigne



Jakarta, 04 Agustus 2010


Senin, 02 Agustus 2010

Yang Bersinar di UBER 2008


UBER CUP 2008 baru saja berakhir. Indonesia yang awalnya tidak dijagokan, ternyata berhasil mencapai final. Prestasi yang 'mengundang' decak kagum dimana-mana. Nggak heran bila nama mereka pun langsung ngetop. Padahal, para pemain bulutangkis cewek kita ini masih muda-muda, lho. Yuk, kita kenalan dengan mereka!


Si Manis Maria

Cewek kelahiran Tuban, 25 Juni 1985 sudah rajin berlatih bulutangkis sejak berusia 9 tahun. Sejak kelas 5 SD, cewek yang tinggi 169 cm ini sudah tinggal di asrama atlet dan jauh dari keluarganya di Tuban. Walaupun, pada awalnya Maria sering nangis karena kangen sama keluarga, tapi lama-kelamaan cewek berzodiak Cancer ini malah bersyukur karena bisa bareng sama teman-teman yang juga tinggal di asrama. "Lama kelamaan malah lebih betah dan lupa sama rumah, hahaha".. kata Maria sambil tertawa lebar. Meski harus latihan enam hari seminggu, dan sekitar enam jam sehari, Maria nggak pernah mengeluh dan menikmati masa-masa perjuangaannya demi jadi juara dunia. Saat libur latihan, sama kayak kita, Maria juga suka main ke mal. Selain itu penggemar seafood ini juga hobi travelling. Untungnya, profesi Maria sebagai atlet mampu membiayai hobinya itu. "Makanya, aku senang sekali waktu kita ada pertandingan di Paris, hehehe... Selain Paris aku juga senang waktu bisa travelling ke Yerusalem, sekalian ibadah,"ujarnya. Dan bila ada waktu luang, cewek yang sering disebut sebagai the next Susi Susanti ini juga hobi banget nonton film action dan baca teen-lit.

Saat ini Maria sedang rehat sebelum mulai fokus latihan untuk pertandingan selanjutnya. Semoga saja atlet yang wajahnya selalu datar, sehingga sukses mengintimidasi lawan ini, berhasil mewujudkan cita-cita ya. Dan Indonesia kembali memiliki atlit nomor satu dunia lagi, setelah Susi Susanti dulu.


Si Jangkung Vita Marissa

Lahir di Jakarta, 4 Januari 1981, Vita Marissa ternyata sudah jatuh cinta sama bulutangkis sejak kecil. "Waktu umur 6 tahun, papa bilang kalau aku sudah nunjukkin minat sama bulutangkis. Makanya papa nyuruh aku konsen di bulutangkis," ujarnya. Vita yang sehari-harinya lebih banyak menghabiskan waktu untuk latihan di Pusat Latihan Cipayung, mengaku terkadang jenuh saat latihan. Tapi, untungnya Vita selalu bisa menyiasati kejenuhannya itu. "Kalau lagi jenuh, aku hang out sama teman-teman atau nonton bioskop. Biasanya setelah itu aku bakal semangat lagi," katanya. Vita pun sering terpompa semangatnya ketika melihat penonton di lapangan. "Waktu Uber 2008 kemarin, aku salut sama usaha penonton yang sudah mendukung kita. Malah, dari Susi Susanti, aku tau kalau ada yang rela beli tiket dengan uang ribu-ribuan. Dukungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pemida dan Olahraga Adhyaksa Dault juga bikin aku tambah semangat untuk berjuang sampai penghabisan," ujarnya buka rahasia.

Uniknya, setiap bertanding di luar negeri, anak bungsu dari tiga bersaudara yang sudah terbiasa mandiri ini sering menyempatkan diri untuk ke toko perlengkapan bayi, lho. "Aku senang banget lihat baju-baju bayi. Kebetulan sekarang aku sudah punya keponakan dan sahabatku juga sudah punya anak, jadi aku bisa beliin baju itu buat mereka. Rasanya senang aja pas lihat mimik mereka ketika aku hadiahi baju itu!," ujar cewek yang kini berpasangan dengan Liliyana Natsir dalam ganda putri, penuh semangat. Nggak nyangka, ya?


Si Cool Lilyana

Gaya cool Lilyana Natsir ternyata terasa di kehidupan sehari-harinya. Selain cara ngomong yang to the point, masih ada tiga alasan yang bikin cewek kelahiran 9 September 1985 ini cool. Sebagai atlit yang tinggal di asrama sejak 1997, cewek yang akrab dipanggil Butet ini sudah kebal homesick. Padahal, Butet hanya menengok ortu-nya di Manado pas Natal. "Kangennya pasti terasa pas lagi sakit. Soalnya, kalau sakit, Mama suka masakin buat saya," aku pecinta masakan Manado ini. Selain itu, Butet lebih suka berdiam diri di kamar. "Saya orangnya cuek, sih. Kalau bete, ya di kamar aja nyetel musik," jelas penyuka R n B ini santai. Secara penampilan, Butet bisa di bilang tomboy. Rambutnya selalu cepak dan wajahnya bersih dari make-up. "Habis kalau panjang dikit ribet sih, mesti diikat atau dijepit kalau lagi tanding. Lagipula rambut pendek begini enak! Habis keramas tinggal dirapihin dikit, kasih gel, selesai deh!" katanya sumringah.

Buat cewek ini waktu memang berarti. Bayangkan saja dari Senin-Jum'at mereka selalu punya jadwal latihan dan cuma punya waktu bebas dari pukul 16.00-22.00. Makanya, Butet selalu memanfaatkan jam bebas untuk ke mal sambil cari kaset game favoritnya. "Main game bisa nyembuhin rasa bosan saya, apalagi pas harus tanding di luar negeri yang biasanya waktu pejalanannya bisa semalaman," jelas Butet lagi. Kadang, saking capeknya bertanding di luar negeri, Butet memilih diam diri di kamar dan berkutat dengan Nintendo DS-nya dibanding jalan-jalan. Apa sih, game yang suka dimainkan Butet? "Saya suka game yang ada tantangannya seperti balap mobil. Kalau balap mobil gitu, tiap menang kan bisa dapat mobil baru. Saya juga suka game adventure, tapi kadang nggak sabar nunggu hasilnya, hehehe," jelas penggila game Mario Cart ini. Hihihi... cool abis, kan?


Si Cantik Firda

Hampir mirip cerita teman-teman seperjuangannya, Adriyanti Firdasari pun sudah canggih main bulutangkis sejak umur 8 tahun. "Papaku dulu juga pemain bulutangkis. Melihat aku punya bakat, Papa mengajak kita sekeluarga pindah ke Jakarta supaya aku bisa lebih serius di olahraga ini," cerita cewek kelahiran 16 Desember 1986. Ternyata kepindahan Firda sekeluarga nggak sia-sia karena di tahun 2004, dia masuk menjadi tim Bulutangkis nasional. Dan dari sekian banyak pertandingan kelas dunia, Firda justru sangat terkesan dengan pertandingan Piala Uber 2008 kemarin. "Soalnya, kita nggak nyangka bisa masuk Final. Masuk semifinal saja perjuangannya udah susah banget. Jadi, meskipun nggak menang, rasanya tetap senang banget," curhat Firda.

Jika melihat jadwal latihan yang ketat, mungkin kita menyangka kehidupan Firda hanya di seputar tempat latihan saja. Padahal cewek ini juga tercatat sebagai mahasiswi D3 Akuntansi Universitas Trisakti lho. Hmm, gimana cara bagi waktunya ya? "Kebetulan dosenku pengertian banget sama kesibukanku. Jadi aku dibolehin datang hanya seminggu dua kali ke kampus," aku Firda. Teman-teman kampus Firda pun turut maklum sama kesibukannya. Makanya, kalau ada tugas kelompok yang harus diselesaikan bareng, mereka mau menyesuaikan dengan jadwal latihan Firda. Pertandingan yang keras dan bercucuran keringat di lapangan ini tidak membuat Firda menjadi sosok yang keras dan maskulin. Malah sebaliknya Firda punya banyak sisi feminim, lho. Terbukti dengan kebisaannya untuk pakai rok ketika bertanding. Dan untuk urusan fashion, Firda nggak terpaku sama satu gaya saja. "Aku suka pakai baju yang beda gaya, sesuai dengan moodku saat itu. Kadang tomboy atau sporty, kadang-kadang tampil feminim dan manis." ujar Firda. Wah, nggak jauh beda dong sama kita yang suka bereksperimen sama penampilan.


Si Kocak Greys

Greysia Polii, cewek kelahiran 11 agustus 1987 ini memang sempat happening banget, terutama saat membela Tim Uber Indonesia beberapa waktu lalu. Belum lagi aksinya yang kocak dan ramah di luar lapangan. Percaya atau tidak, salah satu spesialisasi Greysia selain bulutangkis adalah menggaet fans ibu-ibu hamil! Sudah beberapa 'korban' ibu hamil yang ngidamnya ketemu Greysia, bahkan ada yang sampai mengejar dia saat keluar dari bilik ATM untuk berfoto dan meminta Greysia mengelus perutnya. Hehehe, lucu ya! Walaupun sekarang sudah jadi 'artisnya' atlet, Greysia mengaku nggak kesal ataupun tertekan dengan perhatian publik. "Yang penting, aku jaga sikap dan kata-kata. Selalu sabar dan menganggap omongan atau kritik apapun sebagai masukan," cerita Greys yang serius mau jadi atlet sejak umur 8 tahun, karena ketagihan rasa senang yang ia rasakan tiap kali jadi juara. Sekurangnya tujuh jam sehari berlatih intensif di Pelatnas PBSI, tentunya pernah bikin Greysbete. Kalau sudah gini, internet jadi solusinya buat menangkis rasa jenuh. "Kita baru hari Sabtu bisa balik ke rumah, jadi selama di asrama paling aku main internet. Kalau udah pulang baru deh, jalan sama keluarga atau teman-teman," ujar Greys.
Menyangkut waktunya untuk keluarga, Greys punya cerita seru. "Keluargaku hobinya makan. Jadi kita suka wisata kuliner. Apa aja kita cicipin. Yang paling aku suka sih Sate Lombok, wah enak banget," katanya. Sayangnya hobi kuliner ini tidak bisa ia kembangkan, berhubung sebagai atlet Greys harus menjaga kondisi badan. Hiks! Saat ditanya tentang kekalahan Tim Indonesia di Final Uber Cup lalu, Greys mengaku sedih. "Awalnya, kami ituunderdog yang udah senang kalau bisa sampai ke babak Semi Final. Nah, pas kita bisa masuk Final.. wah, itu berkat Tuhan banget! Walaupun kalah kita tetap senang karena sudah memberikan yang terbaik," ujarnya sambil minta doa untuk kejuaraan berikutnya.


Si Tegar Jo

Berpasangan dengan Greysia Polii yang kocak, Jo Novita lebih seperti kakak yang tenang dan mengayomi. Tapi, bukan berarti cewek asli Jakarta ini pendiam dan pemalu lho. Buktinya GADIS bisa seru-seruan ngobrol bareng dia. Selain itu, Jo yang akrab dipanggil "Cici Jo" oleh teman-temannya ini, juga bisa bergaya ceria waktu pemotretan. Bicara bulutangkis, Jo sudah kenal bulutangkis hampir sepanjang hidupnya. Sejak umur 5 tahun, ia sudah tertarik sama olahraga ini. Apalagi ayah Jo memang hobi olahraga. "Dulu papaku nggak hanya main bulutangkis, tapi juga sepak bola dan balap mobil. Aku jadi ikutan senang olahraga dan nggak nyangka sekarang bisa jadi atlet beneran," kata cewek yang suka makanan manis ini. Bicara soal UBER 2008, cewek kelahiran 19 November 1981 ini mengaku kekompakan adalah kunci kemenangan. "Kita suka ngumpul dan nonton bareng. Selain itu kita sering curhat satu sama lain," katanya sambil tersenyum. Buat Jo, keberhasilan tim UBER masuk final menjadi kemenangan sendiri buatnya. Soalnya, Jo sempat cedera parah selama 6 bulan yang membuatnya dan hampir nggak mau main lagi. Tapi, karena kebulatan tekad, Jo akhirnya sembuh dan mampu membela merah putih di UBER 2008, "Setelah cedera itu, aku jadi lebih kuat, hehehe."
Untuk mengisi waktu luang, Jo suka dengerin musik, terutama lagu-lagunya Glenn Fredly. "Suaranya bagus sih. Selain itu, dia kayaknya nggak sombong deh," cerita Jo antusias. Sayangnya, waktu Glenn menggelar konser Juni lalu, Jo nggak bisa nonton, karena dia lagi di Singapura untuk bertanding. "Mungkin lain kali," ujar Jo. Sedihnya lagi, tahun ini Jo belum berkesempatan membela Indonesia di Olimpiade Beijing 2008. Pasalnya, peringkat Jo dan Greys menurun sejak keduanya cedera. "Tapi, masih ada PON kok. Yang penting tetap bisa main," seru Jo tetap dengan nada optimis.


Si Ramai Pia

Cewek penentu tim Uber Cup 2008 untuk melaju ke final ini, di kenal dekat dengan keluarga. Selama dua tahun tinggal di Pelatnas, waktu luangnya selalu dihabiskan jalan bareng mama. "Di sini aku dikenal sebagai anak yang jarang main bareng karena lebih sering pergi sama Mama," ungkap cewek kelahiran 22 Januari 1989 ini. Selain sama mama, Pia Zebadiah juga dekat dengan kedua kakak laki-lakinya yang juga atlet bulutangkis di Cipayung (Markis Kido & Bona Septano). Ia selalu berusaha menonton tiap mereka bertanding sebagai bentuk dukungannya. Cewek yang terpilih sebagai salah satu atlet berpotensi terbaik oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo ini dikenal sebagai tipe cewek yang cuek dan tidak suka menganggap terlalu serius atas suatu hal, "Motto hidupku tuh enjoy you life. Jadi aku nggak suka pusing-pusing mikirin sesuatu yang nggak penting," ungkap cewek yang sudah main bulutangkis sejak usia 6 tahun ini. Kini, Pia lagi sibuk persiapan untuk PON mendatang.
Salah satu cara jitu Pia untuk menghilangkan stress dan rasa bosan adalah makan pizza. Setiap punya waktu luang, dalam seminggu Pia pasti menyisakan satu hari untuk pergi makan pizza. Selain itu, Pia juga senang mendengarkan lagu-laguPeterpan sambil bermain laptop. "Aku senang banget dengerin lagunya Peterpan, apalagi dari album terbarunya Hari Yang Cerah," kata Pia penuh antusias. Walaupun begitu, Pia sendiri mengaku kalau dia hanya senang mendengarkan lagunya saja, bukan secara pribadi dengan para personil Peterpan.


Yang bakal bersinar:
Walaupun nggak sempat berlaga di ajang UBER CUP 2008, tapi tiga cewek muda yang duduk di bangku cadangan ini nggak kalah hebat lho sama pemain inti lainnya. Mereka inilah yang sebentar lagi bakal ikut bersinar dan membuktikan jurus ampuhnya di bidang olahraga bulutangkis. Jadi, kenalan sama mereka juga yuk!

Rani Mundiasti (Rani)
TTL : Jakarta, 4 Oktober 1984
Hobi : Main gitar, baca buku
Posisi : Ganda Putri Peringkat 20 Dunia
Prestasi: Pemenang Kejuaraan Asia 2004, Medali Emas Sea Games 2007 (beregu)

Endang Nursugianti (Endang)
TTL : Jakarta, 29 November 1983
Hobi : Renang, baca buku
Posisi : Ganda Putri Peringkat 20 Dunia
Prestasi: Pemenang Kejuaraan Asia 2004, Medali Emas Sea Games 2007 (beregu)

Fransiska Ratnasari (Nana)
TTL : Yogyakarta, 2 Desember 1986
Posisi : Tunggal Putri
Prestasi: Finalis Sudirman Cup 2005 (beregu), Perempat final Japan Open 2004


sumber: Majalah Gadis (Juli, 2008)

Minggu, 25 Juli 2010

Give Applause to Pia Zebadiah & Maria Kristin!!


Hari masih pagi dan tenang, tapi suasana dalam stadion Pelatnas PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) Cipayung, Jakarta Timur sudah ramai banget. Puluhan kok beterbangan, teriakan semangat puluhan pebulutangkis menggelegar diselingi suara tawa-canda yang makin bikin suasana latihan rutin mereka meriah banget. Dan di antaranya, ada Pia Zebadiah Bernadet (19) dan Maria Kristin (22) yang sudah menunggu kedatangan Seventeen buat ngobrol-ngobrol bareng sambil latihan dengan pelatihnya. Whuuaaahh… pasti seru, nih!


Champions in the heart

Seventeen (17): Hi girls, selamat ya! Di Uber 2008 bulan Mei lalu, kalian bareng seluruh tim bikin harum nama Indonesia. Gimana rasanya?

Maria (M): Bangga banget! Soalnya kita nggak nyangka kita bisa melebihi target awal untuk masuk semifinal.

Pia (P): Apalagi, ini pertama kalinya aku ikut Uber dan bisa langsung masuk final! Jadi senaaaang... banget! Sesuatu yang luar biasa buatku.

17: Kayak apa sih persiapan kalian mau menghadapi turnamen?

P: Persiapannya nggak jauh beda sama latihan rutin kita, tapi porsinya aja yang di tambah. Yang lebih ditekanin justru masalah mental dan tanggung jawab, karena kita main beregu. Juga, strategi menghadapi berbagai jenis lawan.

M: Kemarin juga ada pelatih tambahan dari Australia yang mengajar cara main yang enak kalau lagi cedera. Kebetulan aku habis cedera, jadi latihan dari dia berguna banget.

17: Wah, pasti keluarga kalian bangga banget, ya!

M: Iya, keluargaku waktu itu nggak bisa datang ke Jakarta, tapi mereka di Tuban, Jawa Timur pada kumpul semua buat nonton bareng, lengkap sama para tetangga! Katanya sih sampai heboh banget. Dukungan mereka dari dulu memang luar biasa.

P: Kalau aku, karena kebetulan memang dari Jakarta dan dua orang kakakku juga di Pelatnas, jadi semua pada nonton langsung. Cuma, aku sempat sedih banget karena Ayah meninggal tepat 40 hari sebelum Uber dimulai. Padahal biasanya beliau nggak pernah absen melihatku bertanding. Makanya, persiapanku kemarin sebenarnya nggak terlalu maksimal karena masih berduka.

17: Seventeen turut berduka cita Pia. Terus, harapan kalian ke depannya gimana?

P: Aku berharap prestasiku di turnamen-turnamen berikut lebih baik dan mentalku lebih kuat. Pengen banget dengar lagu "Indonesia Raya" dinyanyiin lagi di turnamen kelas dunia. Rasanya luar biasa!

M: Iya, dan kalau bisa mencapai target jadi juara dunia!


Life as an athlete

17: Btw, sejak kapan sih kalian mulai main bulutangkis?

P: Aku main sejak umur 6 tahun dan mulai tinggal di asrama klub bulutangkis Jaya Raya Jakarta waktu umur 11 tahun.

M: Kalau aku masuk klub waktu umur 12 tahun karena dipaksa sama bapakku yang galak! Hehehe..

17: Terus, apa serunya jadi atlet?

M: Bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis! Sama hadiahnya yang lumayan banget jumlahnya. Hahaha...

P: Selain itu, di asrama atlet kita jadi punya banyak teman yang sudah jadi seperti keluarga kedua.

17: Kalau suka-duka tinggal di asrama atlet apa?

M: Sukanya, kita bisa belajar hidup mandiri dan beradaptasi dengan berbagai macam orang. Dukanya, kangen rumah! Aku cuma pulang ke Tuban setahun sekali. Banyangin aja!

P: Soal ini, lucky me, karena rumahku di Jakarta aku bisa pulang seminggu sekali sih. Hehehe..

17: Kalian sibuk latihan dari pagi sampai sore, terus kalau lagi ada waktu kosong biasanya ngapain?

P: Jalan ke mal terus pergi nonton di bioskop! Senormal pembaca Seventeen yang lain juga deh.

M: Kalau aku seringnya sih baca komik. Soalnya mau pergi-pergi juga seringnya sudah berasa capek habis latihan.

17: Pacar kalian, atlet juga ya?

P & M: Daaaasssss... kalau yang ini, no comment! Hahaha...

17: Oke deh, hehe.. Terus ada yang beda nggak sebelum dan sesudah kalian jadi wakil Indonesia?

P: Aku jadi lebih bertanggung jawab. Apalagi kalau bertanding pakai baju tulisan Indonesia. Wah, baju itu rasanya 'berat' dan nggak main-main!

M: Aku lebih berusaha menjaga harapan orang lain aja. Nggak pengen mengecewakan mereka, apalagi mengecewakan Indonesia.


Pia si 'paling muda'

"Teman-teman dan pelatih di Pelatnas selalu ngebimbing biar aku lebih sabar dan tanggung jawab. Mood-ku kan memang sering turun-naik. Hehehe.. Tapi aku juga selalu main sebagus dan sesemangat mungkin. Saat di lapangan, di manapun bola jatuh bakal aku kejar, aku pukul!"

Maria si 'pembuka'

"Aku merasa beruntung bisa jadi pemain pembuka di babak tunggal pertama, tapi nggak merasa terbebani kok. Aku fokus aja buat tampil all-out biar partai selanjutnya bisa makin semangat mainnya."


sumber: Majalah Seventeen (Juli, 2008)