Kamis, 22 Juli 2010

SIMON SANTOSO :)


SIMON SANTOSO


Panggilan: Simon
Lahir: Tegal, 29 Juli 1985
Postur: 175 cm/64 kg
Klub: Tangkas Jakarta
Orang tua: Hosea Lim & Rahel Yanti
Hobi: Renang, baca komik
Nomor: Tunggal 3
Masuk Tim: 2004, 2006, 2008
Prestasi Tertinggi: Emas SEA Games 2003, 2007

Walaupun Sony Dwi Kuncoro namanya sudah “terbang” duluan dibandingkan Simon, tetapi nama Simon lah yang sekarang lebih banyak bersemayam di dalam hati dan kepala para gadis belia Indonesia, penggemar bulutangkis.

Simon (21) Selain wajahnya yang seperti tidak lekang dimakan waktu dan memincut banyak hati gadis belia tanah air, rapor anak Tegal kelahiran 29 Juli 1985 ini juga tidak mengecewakan. Banyak pemain papan atas yang berperingkat di atasnya maupun yang lebih berpengalaman darinya yang merasakan sengkatan Simon di turnamen elit internasional. Sebutlah Peter Gade (DEN), Chen Yu (CHN), Ng Wei (HKG), Boonsak Ponsana (THA), Taufik Hidayat (INA), Hafiz Hashim (MAS), Shon Seung Mo dan Lee Hyun Il (KOR), dan Ronald Susilo (SIN).

Lahir di kota pabrik kok bulutangkis terbesar di Indonesia, Simon adalah bungsu dari empat bersaudara. Serius dengan bulutangkis, dia pun bertolak ke Jakarta dan masuk ke PB Tangkas sebelum ahirnya ditarik masuk ke pelatnas pada tahun 2002 ketika Indonesia mengalami seretnya regenerasi di tunggal putra.

Sejak itulah Simon digembleng untuk menjadi salah satu tumpuan harapan bangsa, dan pecinta komik Kungfu Boy ini mengerjakan “PR”-nya dengan baik. Setahun kemudian (2003) dia sukses menjadi runner-up di Singapore Satellite, dan mulai akhir tahun itu, Simon dikatrol naik bertanding ke turnamen internasional bintang lima. Walaupun waktu itu masih dalam kadar “mengenyam” pengalaman, toh Raphael Sachetat, fotografer bulutangkis senior menyebut Simon sebagai pemain muda, cerdas, dan sangat berbakat ketika Simon mencuri banyak perhatian setelah mengalahkan Peter Gade lalu Shon Seung Mo di Hongkong Terbuka 2003.

Gelar pertamanya dia sabet di Vietnam Satelit 2005, yang dapat dikatakan sebagai turnamen bintang empat – dan membuktikan bahwa nihilnya “prestasi” Simon di turnamen bintang lima saat itu bukan berarti dia salah level, tetapi memang karena Simon belum cukup matang saja.

2006, Simon mulai naik daun. Dia mulai cukup sering menerobos ke dalam perempat final.

Pada tahun 2007, dia membuat penonton Swis Terbuka tercengang karena dia berhasil menjadi finalis turnamen bintang lima ini setelah berangkat dari babak kualifikasi! Di kejuaraan ini, Simon menundukkan Wong Choong Hann (MAS), Ronald Susilo (SIN), dan Chen Yu (CHN), dan melewati Lin Dan yang tidak menyelesaikan set kedua karena cedera sebelum akhirnya terhenti langkahnya oleh Chen Jin (MS) di final.

Tahun 2008, Simon adalah salah satu atlit tunggal putra kebanggaan Indonesia yang sudah lebih matang, lebih siap, dan lebih berpengalaman. Walaupun pelatihnya mengatakan Simon perlu untuk lebih memantapkan stamina serta kepercayaan dirinya, secara teknis dia adalah pemain papan atas dunia.

Lebih lengkap'a:

Ketika ia masih muda, ia bergabung dengan Tangkas Jakarta badminton klub sebelum bergabung dengan tim nasional Indonesia PBSI. In 2005 he won the Robot HCMC Vietnam Satellite and the silver medal at the 2005 Southeast Asian Games . Pada tahun 2005 ia memenangkan Robot Vietnam Kota Ho Chi Minh satelit dan medali perak di SEA Games 2005. His best results on the world circuit until recently were runner-up finishes at the Singapore ( 2008 ), Swiss (2007), and Indonesia Super Series (2008) events . Nya hasil terbaik di sirkuit dunia sampai saat ini adalah runner-up selesai di Singapura (2008), Swiss (2007), dan Indonesia Super Series (2008) peristiwa. He was also a semi-finalist at the Japan Open Super Series (2007) and the Chinese Taipei Open ( 2007 ). Ia juga semi-finalis di Jepang Terbuka Super Series (2007) dan Cina Taipei Open (2007). In September of 2008, Santoso won the Chinese Taipei Open after defeating Roslin Hashim from Malaysia in the final round by scores of 21–18, 13–21, 21–10. Pada bulan September 2008, Santoso memenangkan Cina Taipei Terbuka setelah mengalahkan Roslin Hashim dari Malaysia di babak final dengan skor 21-18, 13-21, 21-10. In October 2009, he won his first Super Series ever in Denmark Open Super Series, after beating Marc Zwiebler of Germany in the final round, 21-14, 21-6. Pada Oktober 2009, ia memenangkan Super Series pertama yang pernah di denmark Open Super Series, setelah mengalahkan Marc Zwiebler dari Jerman di babak final, 21-14, 21-6. He won gold in the 2009 Southeast Asian Games by defeating Sony Dwi Kuncoro. Dia memenangkan emas di SEA Games 2009 dengan mengalahkan Sony Dwi Kuncoro.

Teruslah Berjuang, Simon!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar