Minggu, 05 September 2010

Liliyana Natsir


Lilyana Natsir (lahir di Manado, 9 September 1985) adalah seorang pemain bulutangkis wanita dari Indonesia yang mengkhususkan diri di nomor ganda. Dia awalnya bergabung dengan klub bulutangkis Tangkas Jakartasebelum ia bergabung dengan skuad tim nasional. Dia adalah putri dari Beno Natsir (ayah) dan Olly Maramis (ibu) dengan hobi mendengarkan musik dan nongkrong. Orang sering memanggilnya dengan julukan Yana atau Butet. Dia hanya menyelesaikan sekolah dasar di Manado sebelum ia memiliki keberanian untuk terbang ke Jakarta dan fokus dirinya serius di bulutangkis. Setelah ia selesai semua kompetisi, dia selalu membuat sebuah simbol dari Roh Yesus Kristus.

Sebelumnya berfokus hanya pada ganda campuran dengan pasangan Nova Widianto, sejak 2007 dia juga bermain di ganda wanita dengan Vita Marissa. Pada tahun 2006 ia dan Widianto memenangkan Kejuaraan Asia di ganda campuran dan empat gelar Grand Prix Dunia. Mereka memenangkan Kejuaraan Dunia BWF di kedua 2005 dan 2007. Pada 2007 Asia Tenggara di Thailand, Natsir memenangkan medali emas di ganda putri dengan Marissa, mengalahkan rekan mereka Indonesia Jo Novita dan rekan tim Greysia Polii dalam straight set. Mereka juga membantu tim wanita Indonesia memenangkan medali emas tim di permainan.

Di usia 12 dia meninggalkan rumah sebagai pemula. Di usia 21 dia kembali ke rumah sebagai jutawan. Di usia 12 dia memutuskan meninggalkan sekolah. Di usia 21 dia salah satu pemain bulu tangkis terbaik Indonesia–ganda campuran adalah spesialisasinya. Di kancah internasional, Lilyana Natsir menempati peringkat kedua dunia untuk ganda campuran. Sembilan tahun Lilyana “menukarkan” hidupnya dengan bulu tangkis. Sembilan tahun bulu tangkis menjadikan dia bintang yang naik-turun podium kehormatan. “Orang tua saya menghargai keputusan saya meninggalkan sekolah. Syaratnya harus serius,” ujarnya kepada Tempo.Gadis asal Manado itu mematuhi syarat orang tuanya, Beno Natsir dan Olly Maramis. Hasilnya? Sepanjang kurun 2000-2001, dia memenangi berbagai kejuaraan di tingkat nasional nomor ganda putri. Dia menjadi finalis Singapura Terbuka pada 2004 dan Swiss Terbuka 2005 serta semifinalis All England 2005.

Bersama pasangannya, Nova Widhianto, Lilyana menjuarai Indonesia Terbuka 2005, SEA Games 2005, dan Asian Badminton Championship 2006. Tak diunggulkan pada Kejuaraan Dunia di Anaheim, Amerika Serikat, pada 2005, Lilyana-Nova membawa pulang gelar juara. “Terharu dan bangga bisa ngasih emas buat negara,” ujarnya kepada Tempo. Seusai dia berlaga, Beno dan Olly meneleponnya, menyatakan betapa bangga keduanya kepada putri kecil mereka. Saat ke Amerika, dia satu-satunya atlet putri dalam kontingen bulu tangkis Indonesia. Toh, Lilyana tidak jengah. Gadis belia ini amat tomboi dalam penampilan sehari-hari. Rambutnya pendek, dicat merah. Lemari bajunya dipenuhi kaus dan jins. Harum parfum Calvin Klein yang masih menunjukkan identitas kewanitaannya. Lahir di Manado, Sulawesi Utara, 9 September 1985, Lilyana datang dari keluarga pencinta bulu tangkis. Di waktu senggang, dia bersama ibu dan pembantunya kerap mengisi waktu dengan bermain badminton di depan rumah. Melihat bakat dalam diri si putri bungsu, orang tuanya mendaftarkan dia ke klub PB Pisok di Manado. Pada 1997, dia hijrah ke klub PB Tangkas di Jakarta. Usianya 12 tahun ketika itu. Bagi seorang gadis kecil, sendirian dan jauh dari keluarga ibarat prahara. Tiap malam, Lilyana kenyang menangis. Kerap dia tergoda untuk menyerah dan kembali ke Manado.

Kala itu, Lilyana menjadi atlet paling kecil di klub. Para seniornya di klub, yang kebanyakan dari suku Batak, memanggilnya dengan nama kesayangan Butet. Genap setahun merantau, Butet pulang ke Manado untuk berlibur. Suasana rumah yang hangat membuatnya enggan kembali ke Jakarta. Tapi ibunya dengan tegas melarang. “Mereka bilang sudah kepalang tanggung,” Butet menirukan ucapan kedua orang tuanya. Kerja keras gadis kecil itu tidak sia-sia. Dia dipanggil masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 2002. Tujuh jam tiap hari Butet berlatih di hall bulu tangkis Cipayung. Dan mencatatkan prestasi demi prestasi.Olahraga bulu tangkis mengalirkan penghasilan jumbo untuk Butet. Rekening pribadinya berisi hingga miliaran rupiah. Kontrak per tiga bulannya di pelatnas saja mencapai Rp 100 juta. Kakaknya, Kalista Natsir, seorang dokter, sempat “iri”. Dan siapa yang tidak? Di usia semuda itu, dengan modal pendidikan hanya sekolah dasar, Butet mampu membeli mobil Nissan X-Trail. Dua pekan lalu, dia mendapat satu mobil Yaris sebagai bonus prestasi. Nona Manado ini berniat membeli sebuah rumah di Cibubur. “Penghasilanku lebih dari cukup,” ujarnya. Semua ini harus dibayar mahal dengan latihan ketat setiap hari yang kerap membosankan. Butet memupus rasa bosan dengan nonton film, jalan-jalan ke mal, atau makan di luar bersama kawan-kawannya.

Sesekali dia mengisi akhir pekannya dengan dugem atau bermain biliar. Ditemani secangkir kopi, Lilyana betah berjam-jam menyodok bola biliar. Dia juga gemar bermain game di komputer atau menonton televisi di kamarnya yang berukuran 4 x 4 meter persegi. Liburan panjang dan Natal adalah saat yang amat dia nantikan. Butet pasti pulang kampung. Semua masakan Manado dilalapnya, termasuk sup tikus hutan. Dia menyimpan cita-cita menjadi seorang pelatih. Tapi memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. “Sudah terlalu banyak ketinggalan kalau harus mulai dari awal,” ujarnya. Dia menukarkan pendidikannya untuk bulu tangkis. Boleh jadi, tidak sia-sia: bulu tangkis membawa Lilyana Natsir menjelajahi dunia jauh sebelum usia 21.

Bagi Lilyana Natsir, Beijing 2008 merupakan Olimpiade pertama. Bahkan pebulutangkis kelahiran Manado ini mendapat medali perak di nomor ganda campuran bersama Nova Widiyanto. Tapi, tak hanya itu rasa senang yang dirasakan cewek yang akrab disapa Butet ini. Pasalnya ketika tiba di Tanah Air, Selasa (19/8) malam, para pebulutangkis Indonesia disambut meriah oleh para pendukung tim tersebut, termasuk para atlet junior pelatnas. “Saya jadi teringat empat tahun lalu ketika masih junior. Saya juga turut menjemput para senior di Bandara Soekarno-Hatta. Perasaan saya ketika itu sangat senang melihat kesuksesan para senior,” kata Lilyana.,Kini, bagaimana perasaan Butet ketika menjadi orang yang dijemput? “Saya sangat senang dengan sambutan mereka. Saya merasa bangga bisa berada di sini. Benar-benar mengingatkan kenangan akan empat tahun yang lalu. Hanya, kini saya berada di tempat yang berbeda,” ujarnya dengan penuh senyum.

Dengan melihat kondisi NOVA WIDIANTO saat ini ,, hendaknya BUTET mencari pasangan baru lagi . Dari apa yang saya melihat dalam 2 hari terakhir, Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir akan menjadi pasangan yang sangat prospektif untuk INA dalam persiapan untuk Olimpiade 2012. Tontowi telah menghancurkan besar dan dia berani untuk mengambil inisiatif untuk lawan. Dalam pertandingan hari ini, Fran Kurniawan / Pia Bernadet Zebadiah Bernadet hanyalah outplayed oleh rekan-rekan mereka! Liliyana Natsir juga bermain sangat baik dalam 2 hari terakhir, khususnya hari ini ketika ia dicegah Pia dari melaksanakan ciri khasnya "sulit" bola (yang bermasalah Songphon / Kunchala kemarin malam berkali-kali). Setelah pertandingan, Liliyana komentar untuk Yanti Kusmiaty (pelatih XD) bahwa ia beruntung telah membatasi Pia hari ini ... itu hanya karena mereka tahu gaya masing-masing terlalu baik!(MACAU OPEN)

Fran juga tampak frustrasi ketika dia dan Pia yang trailing oleh banyak poin untuk kedua-set! Namun demikian, pasangan ini 2 harus berharap INA di Olimpiade dan sangat cocok preview untuk penggemar INA.

Prestasi.

With Nova Widianto (Mixed doubles)

2004:

  • Semi Finalist China Open SS
  • Winner Singapore Open SS

2005:

  • Runner up Swiss Open SS
  • Winner IBF World Championships
  • Winner Indonesia Open SS
  • Finalist Sudirman Cup [Team]

2006:

  • Winner Asian Badminton Championship
  • Runner up Indonesia Open SS
  • Winner Singapore Open SS
  • Winner Taipei Open GP Gold
  • Winner Korea Open SS
  • Runner up Hongkong Open SS
  • Runner up Japan Open SS

2007:

  • Semi Finalist Malaysia Open SS
  • Runner up Indonesia Open SS
  • Semi Finalist China Masters Open 2008
  • Winner Philippines Open GP Gold
  • Winner IBF World Championships SS
  • Runner up Japan Open SS
  • Winner China Open SS
  • Winner Hongkong Open SS
  • Finalist Sudirman Cup [Team]

2008:

  • Runner up All England
  • Semi Finalist Swiss Open SS
  • Runner up Asian Badminton Championship
  • Runner Up Uber Cup [team]
  • Winner Singapore Open SS
  • Silver medalist Beijing Summer Olympics 2008
  • Runner up Japan Open SS
  • Runner up China Masters Open SS

2009:

  • Winner Malaysia Open SS
  • Quarter Finalist All England
  • Winner French Open SS

With Vita Marissa (Women's doubles)

2007:

  • Winner China Masters Open SS

2008:

  • Semi Finalist Asian Badminton Championship
  • Runner Up Uber Cup 2008 [Team]
  • Semi Finalist Singapore Open SS
  • Winner Indonesia Open SS
  • Semi Finalist Japan Open Super Series 2008

With Ahmad Tontowi (Mixed Double)

  • Winner Macau Open 2010
  • Runner up China Taipei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar